JAKARTA - Rencana Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani untuk mengundang guru dari luar negeri guna mengajar di Indonesia dipertanyakan sejumlah organisasi guru. Salah satunya datang dari Ikatan Guru Indonesia (IGI). "Rencana Ibu Puan mengimpor guru dari luar negeri sungguh membuat saya bingung," kata Ketum IGI Muhammad Ramli Rahim.seperti dilansir jpnncom, Jumat (10/5).
"Di tengah hebohnya guru-guru honorer K2 dan nonkategori yang sudah mengabdi puluhan tahun menyelamatkan pendidikan kita dengan pendapatan yang tidak memanusiakan guru, menteri justru berpikir untuk melakukan impor guru," kritiknya.
Persoalan lainnya adalah maukah mereka, para guru luar negeri ini mengajar di daerah terluar, terdepan dan terpencil.
Di sisi lain, guru-guru kita sebenarnya punya potensi baik tetapi beban kurikulum dan administrasi yang begitu berat membuat mereka sibuk dengan hal-hal tidak perlu. "Saya yakin jika guru-guru Impor itu bekerja dengan ikatan kurikulum yang sama plus beban administrasi yang sama maka mereka pun tak akan maksimal apalagi kendala bahasa akan menjadi masalah besar," ujarnya.
Problem pendidikan karakter pun menurut Ramli, tidak akan maksimal dengan guru asing kecuali jika ingin mengubah karakter orang indonesia menjadi karakter asing. Pendidikan karakter harus diberikan oleh semua guru, bukan hanya guru mata pelajaran tertentu.
"Daripada melakukan Impor guru, lebih baik dosen-dosen LPTK itu diganti semuanya sama dosen luar negeri biar mampu menghasilkan guru-guru terbaik jika asumsinya orang luar negeri lebih baik dari kita. Atau begini saja, jika guru harus impor, bagaimana kalau sekalian saja menteri kita juga impor?," pungkas Ramli. (jpnn, 10/5)
"Di tengah hebohnya guru-guru honorer K2 dan nonkategori yang sudah mengabdi puluhan tahun menyelamatkan pendidikan kita dengan pendapatan yang tidak memanusiakan guru, menteri justru berpikir untuk melakukan impor guru," kritiknya.
Baca juga : Ini Penjelasan Soal Rencana Datangkan Guru Asing Mengajar di IndonesiaJika pemerintah punya uang banyak, sejahterakanlah para guru honorer K2 dan non kategori ini maka Indonesia akan mendapatkan anak-anak terbaik Indonesia untuk jadi guru. Hasil penelitian terbaru Kemendikbud menunjukkan hanya 11 persen anak-anak sekolah yang punya keinginan jadi guru. Ini tak lain karena gaji guru Indonesia mayoritas sangat rendah dan menyedihkan. Hanya guru-guru bersertifikasi yang sejahtera dan guru PNS yang terbilang cukup.
Persoalan lainnya adalah maukah mereka, para guru luar negeri ini mengajar di daerah terluar, terdepan dan terpencil.
Baca juga : Wakil Presiden Minta Guru Tidak Hanya Antusias Soal Gaji Tetapi Diam Soal Kualitas"Tak bisa kita bayangkan, belajar 6 tahun bahasa Inggris tetapi tak mampu bercakap bahasa inggris. Apa yang salah, bukan gurunya yang salah tapi kurikulum yang dibuat pemerintah tak mampu menghasilkan siswa dengan kemampuan bercakap bahasa inggris yang baik," lanjutnya.
Problem pendidikan karakter pun menurut Ramli, tidak akan maksimal dengan guru asing kecuali jika ingin mengubah karakter orang indonesia menjadi karakter asing. Pendidikan karakter harus diberikan oleh semua guru, bukan hanya guru mata pelajaran tertentu.
"Daripada melakukan Impor guru, lebih baik dosen-dosen LPTK itu diganti semuanya sama dosen luar negeri biar mampu menghasilkan guru-guru terbaik jika asumsinya orang luar negeri lebih baik dari kita. Atau begini saja, jika guru harus impor, bagaimana kalau sekalian saja menteri kita juga impor?," pungkas Ramli. (jpnn, 10/5)
![]() |
Ketua IGI |