loading...

Refleksi Peringatan Isra' Mi'raj : Keutamaan Shalat

Perkembangan umat Islam dewasa ini menunjukkan grafik yang cukup menggembirakan bila ditinjau dari segi kuantitas. Dengan jumlah sekitar 1,7 miliar jiwa atau setara 23 persen dari penduduk bumi, mengindikasikan adanya pertumbuhan jumlah umat Islam yang terus meningkat. Sayangnya, jumlah sebanyak itu belum mampu ‘mewarnai’ dunia ini dengan peradaban Islam. Lalu, apa penyebabnya?

Indikatornya adalah pemahaman mayoritas umat Islam yang menganggap ajaran Islam sebatas ritualitas. Penerapan nilai-nilai Islam pun tidak dapat terselenggara secara menyeluruh di setiap sendi-sendi kehidupan. Banyak orang yang shalat sekedarnya saja, bersedekah karena mengharap pamrih, dan berpuasa karena merasa canggung dengan tetangga.

Menunaikan shalat tidak membutuhkan waktu lama, paling banter rata-rata orang Indonesia shalat antara 10 – 15 menit saja. Kendati demikian, masih banyak umat Islam yang enggan melaksanakan shalat, ibadah yang diperintahkan langsung oleh Allah kepada Rasulullah tanpa melalui perantara. Bagaimana dapat membangun peradaban umat yang berakhlak mulia? Jika masing-masing individu enggan menghambakan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya berupa shalat wajib lima waktu. Hanya lima waktu!

Banyak umat Islam yang masih sibuk dengan pekerjaannya meski seruan azan telah berulangkali memanggilnya untuk shalat. Tak jarang orang-orang yang betah menonton film berjam-jam lamanya, sementara shalat 10 menit mereka abaikan. Betapa tak terhitungnya orang-orang yang mengaku Islam lalu-lalang di depan masjid meski waktu shalat telah tiba. Dan masih banyak aktivitas lainnya yang telah menyita waktu shalat demi sekedar mengingat Allah.

Inilah sebuah contoh distorsi nilai-nilai ajaran Islam, yang telah menjadikan agama Islam sebatas label identitas saja, bukan akhlak kepribadian dalam diri. Tidak pantas sekiranya ‘mengkambing-hitamkan’ pihak-pihak di luar Islam, jika umat Islam sendiri enggan mematuhi ajaran dan rambu-rambu dalam ber-Islam. Janganlah menyalahkan hegemoni barat atau modernisasi zaman, jika umat Islam tidak pernah beruapaya membangun benteng bagi dirinya sendiri yang berupa ibadah shalat.
Refleksi Peringatan Isra' Mi'raj : Keutamaan Shalat
Refleksi Peringatan Isra' Mi'raj : Keutamaan Shalat

Nilai-nilai Penting Peringatan Isra' Mi'raj

Perintah shalat disampaikan Allah langsung kepada Rasulullah pada saat peristiwa Isra Mi’raj. Berbeda dengan perintah Allah lainnya yang cukup melalui wahyu dengan perantara malaikat Jibril. Rasulullah tidak sekedar itikaf di gua Hira’ sebagaimana beliau menerima wahyu pertama berupa Alquran. Rasulullah harus menjalani rangkaian Isra Mi’raj demi menjemput perintah shalat dari Allah.

Shalat memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam kehidupan umat manusia. Selain berfungsi sebagai media komunikasi antara manusia dengan Allah, shalat juga berperan dalam membentuk kepribadian umat manusia. Selanjutnya, shalat akan menciptakan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena, perintah shalat telah disertai dengan anjuran berjamaah sebagai simbol kehidupan sosial.

Keutamaan Shalat

Perintah shalat dalam lima waktu sehari, mendorong umat Islam agar selalu mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Sedangkan, tertib shalat merupakan wujud dari terlaksananya petunjuk atau hukum Allah sehingga dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Allah berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al-‘Ankabuut: 45).

Rasulullah telah menegaskan bahwa shalat merupakan tolok ukur bagi amalan ibadah lainnya. Sebagaimana yang diriwayatkan ath-Thabrani bahwa Rasulullah bersabda, “Jika baik shalat seseorang maka akan baik pula semua amalan lainnya, tapi jika jelek shalat seseorang maka jeleklah semua ibadah orang tersebut.” Pertanyaannya, bagaimana dengan mereka yang mengaku Islam namun tidak melaksanakan shalat?

Berdasarkan uraian Hadits tersebut, tampak korelasi antara shalat dan pembentukan kepribadian menyatu dalam diri setiap Muslim. Apabila perilaku seorang Muslim sudah menderivasikan nilai-nilai shalat, pantas dirinya sebagai Mukmin yang berhak menghadap Allah. Karena shalat merupakan mi’raj-nya orang-orang Mukmin. Artinya, shalat adalah sarana untuk manusia sebagaimana Rasulullah dapat mi’raj sehari lima kali menghadap Allah SWT.

Dan masih banyak lagi kandungan nilai-nilai shalat. Sudah saatnya umat Islam tampil menjadi pionir dalam menghentikan konflik, kriminalitas, kesenjangan sosial, korupsi, pornografi dan pornoaksi, serta kemiskinan ekonomi yang menjadi penyebab maraknya ketidak-adilan di muka bumi. Kehidupan berjamaah sebagaimana dalam shalat harus tertata rapi dan tertib mematuhi aturan Allah, karena orang-orang yang shalat dengan benar akan merasa selalu diperhatikan oleh Allah SWT. Hal inilah yang mendorong umat manusia enggan berbuat curang apalagi keji. Jika demikian, niscaya umat manusia akan hidup dalam peradaban yang mulia.

Pada akhirnya apa yang umat manusia telah lakukan di muka bumi ini pasti mendapat balasan di akhirat kelak. Segala amal perbuatan baik yang ma’ruf maupun yang mungkar akan dihisab sesuai porsinya. Dan shalat adalah ibadah yang paling pertama dihisab ketika di yaumul kiamah. Rasulullah bersabda, “Awwalu maa yuhasabu bihil ‘abdu yaumal qiyaamati ashshalaatu.”  Artinya; Yang pertama kali kelak dihisab pada hari Kiamat adalah ibadah shalat.
Bagikan di WhatsApp, Twit, FB, G+
close
loading...